Rabu, 18 Juni 2008

SEJARAH PUSKESMAS RAMBIPUJI

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Akhirnya...saya bisa menemukan Puskesmas Rambipuji dari mbah google :). Ada pengalaman yang bisa di bilang kurang menyenangkan. Yaitu ketika dalam perjalanan menuju ke Jakarta dari Banyuwangi, entah kenapa tiba-tiba saja saya merasakan sakit yang tidak tertahankan. Karena kondisi tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan, akhirnya saya putuskan untuk berhenti di terminal Jember. Saat itu hari sudah sangat larut, untunglah ada seorang bapak petugas kebersihan yang bersedia membantu, ketika saya tanya lokasi puskesmas atau klinik terdekat. Bapak itu membawa saya menuju puskesmas terdekat yaitu Puskesmas Rambipuji. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih karena beliau telah menolong saya. Singkat cerita setelah di rawat beberapa saat di UGD saya putuskan menuruti saran perawat untuk di infus, "what!!! infus..?? ambil darah..?? jarum suntik yang segede gaban?? hadeuuh tepok jidat (mode on), ya sudahlah saya pasrah saja karena tidak ada pilihan lain. Ada yang aneh di malam itu, entah halusinasi atau memang saya yang dalam keadaan tidak sadar karena lelah sangat, lelah fisik dan mental. Saya merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengamati ketika saya tidur, ingin membuka mata tapi terasa berat akhirnya saya tertidur dengan pulasnya hingga saya terbangun keesokan harinya. Saya terbangun karena ibu dokter datang melihat kondisi saya. Dengan ramah dokter berjilbab yang baik hati tersebut menyapa saya "Selamat pagi...? gimana sudah enakan"? "mau di tambah lagi infusnya"? "wah ndak usah dok alhamdulillah saya sudah jauh lebih baik sekarang kalau dibandingkan dengan kondisi semalam. Lagipula saya harus meneruskan perjalanan saya untuk pulang ke Jakarta" dokter itu terkejut dan balik bertanya "ke Jakarta..? loh memangnya ibu ini dari mana"? "Saya dari banyuwangi habis jenguk anak-anak saya, kebetulan mereka pindah kesana sejak 2 tahun yang lalu" mendengar jawabanku ibu dokter geleng geleng saja, karena beliau tidak pernah melalukan perjalan sejauh itu seorang diri. Tidak berani jawabnya. Setelah aku bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan, aku kembali mendatangi ruangan bu dokter guna menyelsaikan administrasi.Ibu dokter memberikan kwitansi tersebut kepadaku dan alangkah tercengangnya aku mendapati tagihan biaya rawat semalam hanya Rp.112ribu saja "maaf bu ini ga salah kok cuma segini?" bukan aku belagu atau sok tapi hanya memastikan jika tidak ada kesalahan dalam penulisan, karena ada tindakan UGD, lalu cairan infus, obat yang diberkan dan kamar inap semalam. ga ada yang percaya kalau tidak ada bukti maka dari itu kwitansi masih ku pegang hingga saat ini. Pikirku bisa 500ribu atau mungkin lebih. Bu dokter yang baik itu hanya menjawab singkat "ya sudah ndak apa" Aku hanya bisa tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa, Aku hanya bisa mendoakan dan mencoba berdialog dengan Tuhan dalam hati "Ya Allah inikah bentuk sosok malaikat yang ada di sekitar ku?" Setelah berpamitan aku tidak sempat bertanya siapa nama Ibu dokter yang baik hati itu. Tapi aku berniat akan kembali lagi kesana untuk sekedar bersilahturahmi dan berterimakasih, mungkin rasa terimakasih saja tidak akan pernah cukup karena ketulusan hati ibu dokter itu tidak bisa di tukar dengan uang. Di dalam bus aku kembali merenungi tentang semua yang terjadi di malam itu. Sebetulnya ada banyak keanehan yang terjadi hingga sampai saat ini aku masih bertanya tanya siapakah sosok orang yang sedang memperhatikan aku pada saat aku tidur di ruang inap itu? Karena aku tidak pernah memberitahukan kepada siapapun entah itu keluarga ataupun anak-anak kalau aku ada di Puskesmas Rambipuji, kec Rambipuji pada tanggal 20 Nov 2014.

Jakarta, 12/4/2014

Anonim mengatakan...

Suatu hari nanti Insyallahsaya pasti akan kembali lagi menemui Ibu dokter yang baik hati itu.